Ahlan wa Sahlan

Selamat Datang di My Simple Blog "Kabar Fikri" Semoga Bermanfaat

Jumat, 12 April 2013

Sejarah PSSI (Bagian 2): Kami Indonesier, Bukan Inlander!

Kegagalan Indonesische Voetbal Bond (IVB) untuk mempersatukan sepakbola menjadi problem yang mesti segera dievaluasi. Jika segera tak teratasi, maka agenda menyamakan gendang tarian antara sepakbola dengan perlawanan di dunia pergerakan bisa makin terhambat.

"Al te goed is buurmans gek --terlalu baik beda-beda tipis dengan bodoh," sebuah pepatah Belanda yang sering ditujukan kepada IVB untuk menggambarkan sikap terlalu baik, lembek dan senang berkompromi kepada Belanda.

Akhirnya setelah tiga tahun berdiri, organisasi yang didirikan tahun 1927 di Surabaya dicap gagal. Karena itu di awal bulan Maret 1930, beberapa tokoh sepakbola Yogyakarta, salah satu di antaranya de ingenieur [sang insinyur] Soeratin Sosrosoegondo bertolak ke Jakarta guna menemui pengurus VoetbalIndonesische Jacatra (VIJ) dan beberapa tokoh sepakbola lainnya.

Dalam pertemuan di Hotel Binnenhof Jalan Kramat no.17, semua orang yang hadir sepakat bahwa dalam waktu dekat akan segera dibentuk organisasi sepakbola bumiputera yang kepengelolaanya bakal lebih serius dan profesional.

Hinaan Inlanders Melecut Pembentukan PSSI

Sementara di bulan yang sama, PSM Yogyakarta berencana mengadakan turnamen amal Voetbalwedstrijden yang rencananya diikuti beberapa bond-bond dari luar kota. Sayangnya rencana ini gagal karena tim luar kota enggan datang ke Yogya. Tetapi mereka menyarankan agar pengurus PSM menyurati pihak Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) --PSSI nya Hindia Belanda-- agar memberi izin bond-bond yang berada di bawah naungan mereka turut serta dalam turnamen amal ini.

Tapi apa lacur, bukan izin yang didapat. Malah hinaan menyakitkanlah dirasakan para pengurus PSM. "Tidak bisa! Anggota NIVB dilarang bermain dengan perkumpulan sepakbola inlander yang belum teratur baik!" tegas surat balasan NIVB.

Superioritas macam ini beberapa waktu terakhir juga kita dengar. Saat Persebaya hendak mengundang Persib, Gresik United dan Persepam dalam ajang Piala Pahlawan, La Nyalla Mattaliti selaku Ketum KPSI tidak mengizinkannya. Konteks persoalan berbeda, tapi polanya memiliki benang merah.

Panitia menempuh jalan lain. Dihubungilah kapten kesebelasan militer di Ambarawa. Dan ternyata mereka sanggup. Pada hari pertandingan, NIVB kembali datang mengacau berusaha membubarkan dan melarang kesebelasan militer ikut bertanding. Beruntung, sang Kapten mengacuhkan larangan itu hingga pertandingan usai.

Masih berbekas luka hinaan sebutan inlanders yang dilontarkan NIVB Inlanders adalah kosakata bahasa Belanda untuk menyebut masyarakat pribumi tanah jajahan yang mereka kuasai. Itu panggilan peyoratif, malah dalam konteks tertentu bisa dibilang hinaan yang sarkas.

Hinaan NIVB disikapi secara serius. Tokoh-tokoh sepakbola di Yogyakarta mendorong agar wakil-wakil bond pribumi di seluruh Indonesia untuk segera merapatkan barisan menantang hegemoni NIVB yang kian hari kian keterlaluan. Akhirnya, pada tanggal 10-11 April 1933 di Gedung Hande Proyo dibentuklah panitia persiapan pembentukan organisasi yang diketuai HA Hamid dan sekretaris Ir. Soeratin serta anggota H.Anwar Noto dan M Daslam Hadiwasito.

Keputusan rapat itu menghasilkan empat hal yang mesti dikerjakan dalam tempo waktu yang singkat: membentuk panitia konferensi, menyelenggarakan konfrensi untuk membentuk suatu badan organisasi bond-bond Indonesia untuk menyaingi keberadaan NIVB, dan menyiapkan konferensi tanggal 19 April 1930 di Gedung Sositet Hande Priyo Yogyakarta dan mengundang semua bond-bond yang ada di pulau Jawa untuk datang.

Peranan pers pribumi dalam menyebarkan informasi ini sangatlah besar. Surat kabar Bintang Timur, Bintang Mataram dan Sediotomo, tak henti-hentinya mengiklankan ajakan agar bond-bond pribumi di dalam atau luar pulau jawa untuk turut serta mengirimkan utusannya saat konferensi.

Soeratin cs pun tak henti-hentinya mengirimkan surat kepada seluruh bond pribumi agar ambil bagian dalam tahap awal perjuangan nasional melalui sepakbola. Sayang, selain tekanan pemerintah kolonial terhadap kaum pergerakan yang begitu ketat, ditambah kendala ongkos perjalanan yang berat, menjadikan beberapa bond urung untuk datang ke Yogyakarta.

Salah satu peserta konferensi, Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM), bahkan harus meminjam dana kas organisasi Indonesia Muda agar bisa mengirimkan utusannya EE Mangindaan, seorang pelajar yang membolos dari sekolahnya, agar bisa berangkat ke Yogya.

Tercatat hanya 7 Bond pribumi yang menyatakan akan hadir di antaranya adalah, Voetbal Indonesische Jacatra (VIJ), Bandoeng Voetbal Indonesische Bond (BIVB), Madioenshe Voetbal Bond (MVB), Soerabaja Voetbal Indonesische Bond (SIVB), Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM), Persis Solo dan sang tuan rumah PSM Mataram.

PSSI pun Lahir...

Malam minggu semakin larut, beberapa rumah sudah mematikan lampu penerangannya. Di luar, kondisi amat hening. Di balik suasana itu, beberapa pemuda dari berbagai kota sedang berkumpul di Gedung Sosietet Hande Priyo Yogyakarta. Mereka menutup rapat semua, jendela dan pintu agar diskusi di dalam ruangan tak terdengar sampai luar.

Tepat jam 21.00, konferensi pembentukan PSSI pun dibuka oleh M. Daslam Hadiwasito. Dengan tegas ia memaparkan dikumpulkannya semua bond pribumi di malam itu untuk satu tujuan yaitu mendirikan organisasi sepakbola untuk menanungi bond-bond bumiputera.

"Saya merasa bangga, karena keinginan kami mendapatkan simpati yang besar dari banyak pihak, hal ini menjadi pertanda bahwa sudah saatnya kita memiliki memiliki badan persatuan sendiri karena olahraga adalah salah satu hal untuk mendapatkan kemulian sebaga bangsa," tegasnya.

Wakil Jakarta dan Bandung setuju dengan usulan ini, sepakat bahwa dunia olahraga bangsa Indonesia sangatlah terbelakang dibandingkan bangsa lain. Wakil Jakarta, sangat setuju jika pembentukan dilakukan di Yogyakarta karena letaknya di tengah pulau jawa. Jika organisasi dibentuk di Jakarta atau Surabaya, maka ongkosnya tentu akan lebih berat lagi, terlebih konsekuensi besar akan didapat jika Belanda tahu bahwa di dua kota besar tersebut didirikan organisasi sepakbola pribumi. Karenanya semua peserta konferensi akhirnya malah mendesak agar persatuan organisasi sepakbola kaum bumiptera itu harus dibentuk malam itu juga.

Namun, terjadi sedikit perdebatan yang cukup alot. Wakil dari Solo mempertanyakan status keberadaan IVB Ketua konferensi, Abdul Hamid, setuju agar IVB dihidupkan kembali dan direformasi total, tetapi perwakilan dari PSM Mataram Amir Notopratomo enggan organisasi baru ini berafiliasi dengan IVB.

Ia beralasan bahwa hadirnya perwakilan I.V.B di Konferensi yaitu Soebroto menjadi jawaban bahwa IVB sendiri mendukung penuh apa pun keputusan yang akan diambil konferensi. Apa yang diucapkan Hamid memang diamini oleh Soebroto sendiri.

Akhirnya setelah didiskusikan keluarlah keputusan bahwa IVB secara resmi dibubarkan. Untuk meneruskan estafet perjuangan dibentuklah organisasi baru yang bernama Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia (PSSI).

Penamaan PSSI sendiri berlangsung alot. Sebelumnya ada 3 nama yang diajukan yaitu Indonesische National Voetbal Bond (INVB), Persatuan Voetbal Bond Indonesia (PVBI) dan Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia (PSSI). Setelah diadakan voting maka keluarlah nama PSSI dengan Ir Soeratin dan Abdul Hamid didapuk sebagai Ketua dan Wakil Ketua.

Berdamai Atau Terus Melawan?

Usai membentuk kepengurusan organisasi, rapat kemudian dilanjutkan membahas pertimbangan sikap PSSI terhadap NIVB yang selama ini sering menjahili bond-bond bumiputera. Secara bergantian wakil dari Bandung, Jakarta dan Yogyakarta mengaduk sikap-sikap NIVB yang terkadang amat keterlaluan melarang para pemainnya untuk bergabung dengan bond bumiputera. Mereka sepakat untuk menolak berdamai dengan NIVB dan genderang perang akan terus ditabuh.

Berbeda dengan yang lainnya, wakil Surabaya malah menganjurkan PSSI untuk berdamai dengan NIVB Hubungan SVIB dan SVB sangatlah harmonis, kedua tim terkadang selalu berkolaborasi mengadakan pertandingan persahabatan. Sikap Bandung dan Jakarta yang bermusuhan dengan NIVB menurut wakil Surabaya melanggara sportifitas olahraga. Karenanya ia meminta kepada PSSI agar menjalin hubungan yang baik dengan NIVB.

Usulan Surabaya ini ditolak semua pihak, mereka enggan untuk mengiba-ngiba dan meminta kepada Belanda agar organisasinya diakui. Tepat jam 01.30 malam, dalam heningnya dini hari, terdengar sayup-sayup teriakan "Hidup PSSI!" sebanyak tiga kali.

====

*Akun Twitter penulis: @aqfiazfan dari @panditfootball

Sejarah PSSI (Bagian 1): Dari Depresi Ekonomi hingga Jadi Organisasi

Depresi ekonomi yang melanda Eropa tahun 1920-an secara tidak langsung berdampak siginifikan terhadap perkembangan sepakbola Hindia Belanda. Bagaimana itu bisa terjadi?

Efek domino tersebut bermula ketika harga jual nilai ekspor hasil bumi pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Indonesia merosot tajam di pasar Eropa. Hal ini berimbas pada banyaknya perusahan dan pabrik-pabrik yang gulung tikar.

Kondisi ini mau tak mau membuat terjadi PHK massal di berbagai daerah. Krisis ekonomi ini diperparah dengan harga jual hasil pertanian yang sangat rendah, penduduk pun enggan untuk menjadi petani, karena hasil tani hanya mampu mencukupi kebutuhan makan ala kadarnya.

Di masa kritis ini, muncul sepakbola yang semula hanya dijadikan sebagai alat untuk olahraga dan bersenang-senang, mengalami pergeseran makna menjadi 100% lahan bisnis mencari uang. Upaya industrialisasi sepakbola di bumi Nusantara pun dimulai. Pekerjaan sebagai "pemain sepakbola" mulai
dicari-cari orang. Para pencari bakat dari rombongan opera, pertunjukan sandiwara dan klub-klub sepakbola mulai berkeliling kampung ke kampung mencari bakat-bakat yang bisa laku dijual saat dipertunjukan pada penonton.

Di zaman itu, pertandingan sepakbola tak hanya di pertandingkan oleh klub saja, rombongan opera dan sandiwara pun kerap mengadakan pertandingan sepakbola. Di malam hari pemain mempersiapkan panggung, di siang harinya mereka harus bermain bola.

Sepakbola menjadi daya tarik ekonomi karenanya para penonton mulai diwajibkan membeli karcis saat pertandingan-pertandingan digelar. Reklame-reklame iklan dari berbagai macam toko pun mulai dipasang di sekeliling lapangan.

Hasil dari bisnis sepakbola ternyata cukup menggiurkan. Meskipun dompet cekak, para gila bola ini ternyata tak sungkan mengeluarkan uangnya untuk sekedar menyaksikan hiburan bola. Dalam pertandingan ujicoba persahabatan di Bandung Tahun 1922, Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) --PSSI nya Hindia Belanda-- berhasil meraup untung 12.425 Gulden dari 12.559 orang yang hadir di lapangan pertandingan. Jumlah ini sangatlah besar di zamannya.

Berbeda dengan NIVB yang mengksploitasi sepakbola untuk keuntungan bisnis, hasil penjualan karcis pertandingan tim-tim pribumi semuanya diberikan untuk kegiatan sosial dan pendidikan.

Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) --cikal Bakal Persis Solo-- berhasil menggalang dana Rp 32.000 dari turnamen sepakbola yang digelar untuk memeriahkan pasar malam untuk pelajar tahun 1924. Di tempat yang sama, tahun 1927, Muhammadiyah menggelar pertandingan yang hasil keuntungan diserahkan kepada pedagang korban kebakaran di Pasar Baru.

Dari Surakarta, Surabaya dan kembali ke Surakarta

Makin kuatnya kesadaran politik di kalangan rakyat bumiputera yang semakin bertambah membuat adanya inisiasi untuk membentuk suatu organisasi sepakbola yang mampu menyatukan semua bond-bond di berbagai daerah. Tindakan itu dilakukan karena olahraga merupakan satu pondasi alat untuk pergerakan nasional.

Realisasi mimpi ini hampir tercapai di tahun 1924 saat di mana Dr. Wediodiningrat, Djaksodipuro dan Wongsonegoro selaku pengurus VVB mendirikan suatu organisasi sepakbola seluruh Jawa yang dinamai Javasche Voetbal Bond (JVB) Sayangnya kendati kepengurusan organisasi sudah dibentuk usaha tersebut kandas, karena tidak adanya respon dari bond-bond di luar Surakarta untuk bergabung bersama mereka, JVB pun membubarkan diri.

Sebelum hadirnya JVB, Midle Javasche Voetbal Bond (MJVB) telah dibentuk di Solo untuk mempersatukan semua bond pribumi di Jawa Tengah, tragisnya MJVB mengalami nasib yang sama dengan penerusnya.

Selang 3 tahun kemudian, 2 Oktober 1927, di Surabaya berdiri organisasi baru yang dinamai Indonesische Voetbal Bond (IVB), organisasi ini diinisiasi Soebroto, R.T Tjidarboemi, A.Soeroto dan Soedarboemi. Keempat orang ini merupakan perwakilan dari empat persatuan sepakbola, yaitu Soerabaja Indonesische Voetbal Bond (SIVB), Vorsterlansche Voetbal Bond (VVB), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) dan PS Hizboel Wathan (Jogja).

Untuk memperlebar sayap IVB, maka wakil-wakil bond yang datang diberi tugas menginformasikan telah lahirnya organisasi bola milik pribumi kepada klub-klub di regionnya. R.T Tjidarboemi ke wilayah Jawa Barat, A. Soeroto ke Jawa Tengah dan Soedarboemi ke Jawa Timur. Agar terkesan lebih nasionalis, IVB menggunakan lambang "gula aren" yang berwarna warna merah dan warna putih sebagai dasar lambang mereka, tak lupa di tengahnya diberi tulisan IVB.

Untuk mempermudah kerja organisasi maka pengelolaan IVB dipusatkan di Surabaya. Penempatan ini beralasan karena hubungan harmonis antara Soerabaja Indonesische Voetbal Bond (SIVB) selaku bond pribumi dan Soerabaja Voetbal Bond (SVB) bond milik Belanda membuat persepakbolaan di Surabaya cenderung lebih adem. Kontras jika dibandingkan dengan kota-kota lain seperti Jakarta dan Bandung, di mana klub-klub pribumi mengalami banyak kesulitan saat harus bersinggungan dengan bond-bond Belanda.

Perjuangan pergerakan yang semakin memuncak dengan dideklarasikannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta, membuat sepakbola yang secara sadar dijadikan sebagai alat perjuangan mau tak mau harus makin sejalan dengan kecenderungan para aktivis pergerakan. Sayangnya, kedekatan IVB dengan insan sepakbola Belanda membuat IVB lupa diri dan melenceng dari tujuan semula.

"Bagaimanapun juga selamanya tidak akan ada kemajuan, jika kita terus bersender pada kekuatan orang lain," cela Abdul Hamid, salah seorang pengurus PSIM Mataram dalam pembukaan rapat pembentukan PSSI tahun 1930 di Surakarta. Nasib IVB pun tidak jelas, kendati tidak dibubarkan, namun nyatanya IVB gagal mempersatukan bangsa Indonesia melalui sepakbola.

Sampai akhirnya, 30 April 1930 di Gedung Sositet Hande Pryo Jalan Yudonegaranm Yogyakarta, dengan sukarela IVB membubarkan diri dan muncul suatu organisasi baru, yang orang akan lebih sering menyebutnya dengan panggilan PSSI.

====

*Akun Twitter penulis: @aqfiazfan dari @panditfootball

Minggu, 07 April 2013

Rumah Pohon Suku Korowai Perlu Dilestarikan


JAYAPURA, KOMPAS.com--Balai Arkeologi (Balar) Jayapura mengemukakan pentingnya pelestarian rumah pohon atau rumah tinggi Suku Korowai di Distrik Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua.
"Tradisi rumah pohon perlu dilestarikan, salah satu hal yang utama adalah menggali dan mengangkat nilai-nilai budaya positif Suku Korowai sebagai bagian dari pengajaran kurikulum sekolah," kata Staf Peneliti Balai Arkeologi Jayapura Hari Suroto di Jayapura, Selasa.

Ia menjelaskan Suku Korowai di Distrik Kaibar, Kabupaten Mappi yang sebelumnya tinggal terpencar-pencar di hutan-hutan rawa antara Sungai Dairom Kabur dan Sungai Sirek, telah dimukimkan kembali oleh pemerintah setempat di Kampung Basman.
Suku Korowai di Kampung Basman mulai menempati rumah relokasi secara gratis berupa rumah panggung beratap seng dan berdinding papan.
"Dengan program ’resetlement’ ini dikhawatirkan tradisi membangun rumah pohon Suku Korowai akan hilang," katanya.

Ia mengemukakan kearifan membangun rumah pohon bisa menjadi kajian menarik untuk perkembangan ilmu pengetahuan moderen. Rumah pohon mereka dibuat sebagai upaya menghindari serangan musuh, binatang buas, dan nyamuk malaria.
Rumah-rumah Suku Korowai dibangun di atas pohon-pohon yang ketinggiannya bisa mencapai 30-70 meter. Semakin tinggi rumah pohon anggota Suku Korowai, semakin aman keluarga yang tinggal di dalamnya dari ancaman serangan musuh.
"Rumah pohon hanya berfungsi sekitar dua hingga tiga tahun. Hal ini karena konstruksi kayu mulai lapuk," katanya.

Pada awal Februari 2013, seorang dosen Universitas Cenderawasih (Uncen) Hanro Jonathan Lekitoo meluncurkan buku tentang "Potret Manusia Pohon, Komunitas Adat Terpencil Suku Korowai di Daerah Selatan Papua dan Tantangannya Memasuki Peradaban Baru".
Buku tersebut mendapat sambutan positif dari masyarakat, mahasiswa, akademisi, dan peneliti. Buku itu menjelaskan tentang kehidupan orang Korowai yang hidup di atas pohon atau disebut "Manusia Pohon".

Rektor Uncen Festus Simbiak memberikan apresiasi terhadap buku yang akan menjadi referensi jurusan terkait.
"Buku ini pantas menjadi referensi bagi kita semua untuk mengetahui sejuah mana tentang Suku Korowai," katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Antara dari berbagai sumber, Suku Korowai ditemukan pertama kali sekitar 1950-an, mereka menempati rumah di atas pohon dengan ketingian mulai dari 30-70 meter di atas permukaan tanah.

Sabtu, 06 April 2013

Keseimbangan dalam Kebingungan


Oleh: Riza Nur Fikri
"Biar balance (seimbang): bagi yang merepotkan harus merasa merepotkan. Adapun bagi yang direpotkan harus merasa "tak" direpotkan. Akan tapi "transaksi" antara yang merepotkan dan yang tak direpotkan kudu tetep berlangsung, biar terwujud hubungan yang harmonis. Tentunya dengan rasa saling memahami dalam hati dan fikiran yang luas."


Teoriku muncul setelah entah ke-PD-an merasa dijajah atau rasa penasaran yang besar dalam hati dan fikiranku yang paling dalam terhadap suatu hal, yang aku merasa berat meresponnya melalui kata-kata dalam bentuk "SUARA". Tapi aku juga tak tahu, apakah teoriku ini benar atau salah. Yang jelas, ini keluar dari Goa Hati.



Silahkan tertawa, daripada menggerutu yang berakibat 

goa hati tercemari.

Kamis, 04 April 2013

Syair-Syair Hikmah KH Wahid Hasyim (2)

Ketokohan KH Abdul Wahid Hasyim tentu sulit diingkari. Dalam usia 21 tahun, Wahid  muda sudah membuat terobosan-terobosan cemerlang di dunia pendidikan, utamanya pesantren.
Ketika bergabung di Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), usianya baru genap 25 tahun. Namun setahun kemudian, Wahid justru mengetuai federasi organisasi massa dan partai Islam ini.

Karir perjuangannya menanjak cepat. Wahid turut memimpin PBNU, menjadi anggota BPUPKI, dan akhirnya ditunjuk sebagai menteri agama. Artinya, selain berjihad menumpas kaum penjajah, Wahid terlibat aktif dalam segenap tahapan paling menentukan dalam proses pendirian negara.

Masa-masa hidup Wahid hampir dihabiskan seluruhnya dengan penuh manfaat. Ulama dan tokoh nasional ini tutup usia pada 19 April 1953, sebelum ulang tahunnya yang ke-38 diperingati. Berikut ini adalah sejumlah syair inspiratif pegangannya, yang sarat pesan perjuangan, kerja keras, penghargaan atas waktu, cita-cita, serta keinsafan tentang dinamika hidup.

وَلَمْ أَجِدِ الْإِنْسَانَ إِلاَّ ابْنَ سَعْيِهِ # فَمَنْ كَانَ أَسْعَى كَانَ بِالْمَجْدِ أَجْدَرَا  
وَبِاْلهِمَّةِ العُلْيَا تَرَقَّى إِلَى العُلىَ # فَمَنْ كَانَ أَعْلَى هِمَّةً كَانَ أَظْهَرَا 
وَلَمْ يَتَأَخَّرْ مَنْ أَرَادَ تَقَدُّماً # وَلَمْ يَتَقَدَّمْ مَنْ أَرَادَ تَأَخُّرَا
Setiap manusia adalah anak dari jerih payahnya. Semakin keras berusaha, semakin pantas ia jaya. Cita-cita yang tinggi dapat mengangkatnya ke derajat yang tinggi. Semakin keras berkemauan, semakin terang derajat itu. Tak ada langkah mundur bagi orang yang ingin maju. Tak ada kemajuan bagi orang yang menghendaki mundur.

 وَلَا تَحْتَقِرْ كَيْدَ الضَّعِيْفِ وَرُبَّمَا # تَمُوْتُ الأَفَاعِي مِنْ سُمُومِ العَقَارِبِ  
وَقَدْ هَدَّ قِدْماً عَرْشَ بُلْقِيْسَ هُدْهُدٌ # وَخَرَّبَ حَفْرُ الفَأْرِ سَدَّ الْمَأرِبِ
Jangan remehkan siasat sesuatu yang (tampak) lemah. Terkadang, ular ganas mati oleh racun kalajengking. Ternyata, burung Hudhud sanggup menumbangkan singgasana ratu Bulqis, dan liang tikus mampu meruntuhkan bangunan kokoh.

وَمِنْ عَادَةِ اْلأَيَّامِ أَنَّ خُطُوْبَهَا # إِذَا سُرَّ مِنْهَا جَانِبٌ سَاءَ جَانِبُ 
Sudah menjadi tabiat waktu, membahagiakan satu pihak akan menyedihkan pihak lainnya.

بِذَا قَضَتِ الْأَيَّامُ مَا بَيْنَ أَهْلِهَا # مَصَائِبُ قَوْمٍ عِنْدَ قَوْمٍ فَوَائِدُ 
عَرَفْتُ سَجَايَا الدَّهْرِ أَمَّا شُرَوْرُهُ # فَنَقْدٌ وَأَمَّا خَيْرُهُ فَوعُوْدُ
Begitulah waktu menentukan takdir untuk penghuninya (manusia). Musibah bagi sekelompok orang adalah keberuntungan bagi kelompok lain. Aku sudah mafhum dengan kelakuan zaman yang sekilas ini: keburukannya merupakan kritik, sedangkan kebaikannya hanyalah janji.

فَإِنَّ غُبَارَ الصَّافِنَاتِ إِذَا عَلاَ # نَشَقْتُ لَهُ رِيْحاً ألَذُّ مِنَ النَّدِّ  
وَرَيْحَانَتِي سَيْفِيْ وَكَأْسَاتُ مَجْلِسِيْ # جَماَجِمُ سَادَاتٍ حِرَاصٍ عَلَى الْمَجْدِ
Ketika debu kavaleri berhamburan, aku justru menghirup keharuman yang melampaui wangi kemenyan. Semir mata pedang dan gelas-gelas di meja rapatku pun menjelma tengkorak para pembesar (musuh) yang rakus kejayaan.

جَزَى اللهُ خَيْراً كُلَّ مَنْ لَيْسَ بَيْنَنَا # وَلَا بَيْنَهُ وُدٌّ وَلَا مُتَعَرِّفُ 
فَمَا نَالَنِي ضَيْمٌ وَلَا مَسَّنِي أَذَى # مِنَ النَّاسِ إِلاَّ مِنْ فَتَى كُنْتُ أَعْرِفُ
Semoga Allah melimpahkan kebaikan pada setiap manusia yang belum saling sayang dan saling kenal. Tak pernah aku mengeluh dan diterpa kesulitan kecuali dari orang yang sudah aku kenal.

وَلَدَتْكَ أُمُّكَ يَابْنَ آدَمَ بَاكِياً # وَالنَّاسُ حَوْلَكَ يَضْحَكُوْنَ سُرُوْرًا 
فَاجْهَدْ لِنَفْسِكَ أَنْ تَكُوْنَ إِذَا بَكَواْ # فِيْ يَوْمِ مَوْتِكَ ضَاحِكاً مَسْرُوْراً
Saat bunda melahirkanmu, engkau menangis, sementara orang-orang sekeliling menyambutmu dengan tawa gembira. Berjuanglah, hingga saat mautmu tiba, mereka manangis, sementara engkau tertawa ria.

Syair-Syair Hikmah KH Wahid Hasyim (1)

KH Abdul Wahid Hasyim termasuk tokoh yang gemar mencatat. Tak heran, sejumlah pantun dan sajak kesukaannya dalam berbagai bahasa tetap tersimpan rapi hingga sekarang. Beberapa syair hikmah berbahasa Arab berikut adalah sebagain warisan berharga dari ulama dan pahlawan nasional ini.


وَلَا شَيْءٌ يَدُوْمُ فَكُنْ حَدِيْثاً # جَمِيْلَ الذّكْرِ فَالدُّنْيَا حَدِيْثُ
Tak ada satu pun di dunia ini yang kekal. Maka, ukirlah cerita indah sebagai kenangan. Karena dunia memang sebuah cerita

أَلَا لِيَقُلْ مَا شَاءَ مَنْ شَاءَ إِنّماَ # يُلاَمُ الفَتىَ فِيْمَا اسْتَطَاعَ مِنَ اْلأَمْرِ
Ungkapkanlah apa yang ingin diungkapkan. (Jangan ragu) pemuda memang selalu dicemooh lantaran kecakapannya.

ذَرِيْنِيْ أَنَالُ مَا لَا يُناَلُ مِنَ اْلعُلَى # فَصَعْبُ العُلىَ فِي الصَّعْبِ وَالسَّهْلُ فِي السَّهْلِ
تُرِيْدِيْنَ إِدْرَاكَ المَعَالِي رَخِيْصَةً # فَلَا بُدَّ دُوْنَ الشَّهْدِ مِنْ إِبَرِ النَّحْلِ
Biarkan aku meraih kemuliaan yang belum tergapai. Derajat kemuliaan itu mengikuti kadar kemudahan dan kesulitannya. Engkau kerap ingin mendapatkan kemuliaan itu secara murah. Padahal pengambil madu harus merasakan sengatan lebah.

سَتُبْدِيْ لَكَ الأَيَّامُ مَا كُنْتَ جاَهِلاً # وَيَأْتِيْكَ بِاْلأَخْبَارِ مَا لَمْ تُزَوِّدِ
Kelak waktu akan memperlihatkan dirimu sebagai orang yang bodoh, dan membawakan kabar untukmu tentang perbekalan yang kosong.


لَقَدْ غَرَسُوْا حَتَّى أَكَلْناَ وَإِنَّناَ # لَنَغْرَسُوْا حَتَّى يَأْكُلَ النَّاسُ بَعْدَنَا
Para pendahulu telah menanam sehingga kita memakan buahnya. Sekarang kita juga menanam agar generasi mendatang memakan hasilnya.


إِذَا فَاتَنِيْ يَوْمٌ وَلَمْ أَصْطَنِعْ يَدًا # وَلَمْ أَكْتَسِبْ عِلْماً فَمَاذَاكَ مِنْ عُمْرِيْ
    Tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini?

Gus Mus: Aneh! Ada yang Berpendapat, Sesat Disikat


Menurut Gus Mus, ayat tentang dakwah yang berbunyi “Ajaklah ke jalan Tuhanmu” dan sekilas tampak tak ber-maf’ul bih (objek, red.), sejatinya memiliki objek yang sangat jelas.

“Kalau diperhatikan, memang ini tidak ada maf’ul bih-nya. Tapi sebenarnya ini sudah jelas. Orang yang diajak adalah orang yang belum ‘di jalan Tuhanmu’,” ungkapnya seraya menyayangkan realita banyaknya orang yang menganggap bahwa orang yang sesat harus disikat.

“Anehnya sekarang ini, ada orang yang berpendapat yang sesat disikat. Lalu sasaran dakwah ini siapa? Atau, ayat ini dikemanakan? Di-busek (hapus, red.)? Atau (mereka) tidak mudeng (paham, red.) al-Qur’an?!” sesalnya.

Gus Mus juga menjelaskan bahwa yang melakukan dakwah pertama kali adalah Rasulullah. Sebab Rasullah yang pertama kali melaksanakan perintah-perintah Allah. “Jadi kanjeng Rasul tidak kesulitan mencari contoh. Beliau langsung bisa mencontohkan dirinya sendiri. (seperti dalam hadits) shallu kamaa raaitumuuni ushallii,” ungkapnya.

Terkait dengan perbedaan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar, Gus Mus menjelaskan bahwa dakwah diperuntukkan bagi mereka yang belum ‘di jalan Tuhanmu’. Sedangkan amar ma’ruf nahi munkar dilakukan kepada mereka yang sudah menempuh ‘jalan Tuhanmu’.

Korelasi antara dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar dengan kasih sayang juga tak luput dari sorotan Gus Mus. Begitu juga dengan realitas yang menunjukkan adanya krisis ruhud dakwah.